Untuk menghadapi musim kemarau yang akan datang, Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Budi Santosa, telah menyiapkan langkah-langkah taktis dalam menghadapi bencana kekeringan yang diprediksi pada awal Juni dan puncaknya terjadi sekitar Agustus dan September. Langkah tersebut diharapkan bisa meminimalisasi dampak kekeringan dengan mengoptimalkan sumber air yang ada.
Menurut Budi, saat ini wilayah Jawa Timur sedang memasuki masa transisi atau pancaroba dari musim hujan beralih ke musim kemarau. Masa ini diperkirakan akan berlangsung mulai awal April hingga akhir Mei. BPBD Jawa Timur, hingga kini masih menunggu prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Data prakiraan cuaca kami dibutuhkan untuk melakukan pemetaan kabupaten/kota yang terdampak kekeringan sekaligus menyiapkan langkah antisipasi,” terangnya saat di Kantor BPBD Jatim, Kamis (26/4).
Dikutip dari laman www.kominfo.jatimprov.go.id, diperkirakan ada sebanyak 422 desa di 23 kabupaten yang mengalami kekeringan. Dari jumlah tersebut terdapat tiga kategori desa yaitu kering, kering kritis dan kering langka.
Oleh karena itu, salah satu cara yang diambil adalah memberikan dropping air bersih kepada wilayah yang terdampak kekeringan. Berbeda dengan desa yang mengalami kekeringan namun di sekitarnya masih ada sumber air, maka bisa dibuatkan sumur bor atau pipanisasi. Apabila desa yang mengalami kekeringan berada di wilayah terpencil dan tidak bisa dijangkau, BPBD Jatim berupaya melakukan dropping air bersih. (MD)
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini